Kamis, 05 November 2015

Resensi Buku Chairul Tanjung

Pengertian Resensi

Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere. Artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas buku. Tindakan meresensi dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku. Dengan pengertian yang cukup luas itu, maksud ditulisnya resensi buku tentu menginformasikan isi buku kepada masyarakat luas.



Resensi Buku
Chairul Tanjung Si Anak Singkong



Judul Buku   : Chairul Tanjung Si Anak Singkong
Pengarang    : Tjahja Gunawan Diredja
Cetakan       : Pertama, Juni 2012
Penerbit      : PT. Kompas Media Nusantara
Tebal           : xviii + 384 hlm,: 15 cm x 23 cm



Chairul Tanjung adalah sosok pengusaha yang namanya paling banyak disebut ketika berbicara mengenai peta baru pengusaha besar nasional. Ia banyak disebut sebagai the rising star. Chairul Tanjung lahir di Jakarta, 16 Juni 1962, dilahirkan di Jakarta dalam keluarga yang cukup berada. Ayahnya A.G. Tanjung adalah wartawan zaman orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil. Chairul berada dalam keluarga bersama enam saudara lainya. Ketika Tiba di zaman Orde Baru, usaha ayahnya dipaksa tutup karena berseberangan secara politik dengan penguasa saat itu. Keadaan tersebut memaksa orangtuanya menjual rumah dan berpindah tinggal di kamar losmen yang sempit.
Diawali dengan kisah di tengah kondisi ekonomi keluarga yang serba keterbatasan, Chairul Tanjung yang berprinsip untuk masuk universitas negeri berhasil melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi Universitas Indonesia  jurusan kedokteran gigi. Meskipun bukan jurusan unggulan, Chairul Tanjung tetap dengan semangat menggebu memulai perkuliahan. Namun, setelah mendengar perkataan sang ibunda bahwa uang kuliah Chairul Tanjung yang pertama diperoleh dari menggadaikan kain halus milik ibunya, Chairul Tanjung sangat terpukul,shock,dan lemas. Tetapi, justru itu semua menjadi pemicu untuk menjadi mandiri dan membiayai semua kebutuhan kuliahnya sendiri.
            Kedua orangtua Chairul Tanjung sangat tegas dalam mendidik anak-anaknya . Dengan  prinsip, “Agar bisa keluar dari jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus ditempuh dengan segala daya dan upaya.” Apa pun akan mereka upayakan agar anak-anak mereka dapat melanjutkan pendidikan tinggi sebagai bekal utama kehidupan masa depan.
Chairul Tanjung mengungkapkan bahwa, “bagi saya, ibu adalah segalanya.” Chairul Tanjung percaya bahwa surga ada di telapak kaki ibu. “Bila kita benar-benar berbakti kepada ibu sepenuh hati dan ikhlas, maka surga akan kita gapai di dunia. Itu yang saya alami sendiri,” demikian Chairul Tanjung berpendapat.
Demi memenuhi kebutuhan kuliah, Chairul Tanjung mulai berbisnis dari awal yakni berjualan buku kuliah stensilan, kaos, dan lainnya di kampusnya. Ia juga membuka usaha foto kopi di kampusnya. Chairul juga pernah mendirikan sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di bilangan Senen Raya, Jakarta Pusat, tetapi bangkrut. Chairul telah memulai berbisnis ketika ia kuliah dari Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Sempat jatuh bangun, akhirnya ia sukses membangun bisnisnya.
Chairul menyatakan bahwa dalam membangun bisnis, mengembangkan jaringan (network) adalah penting. Memiliki rekanan (partner) dengan baik diperlukan. Membangun relasi pun bukan hanya kepada perusahaan yang sudah ternama, tetapi juga pada yang belum terkenal sekalipun. Bagi Chairul, pertemanan yang baik akan membantu proses berkembang bisnis yang dikerjakan. Ketika bisnis pada kondisi tidak bagus maka jejaring bisa diandalkan. Bagi Chairul, bahkan berteman dengan petugas pengantar surat pun adalah penting. Dalam hal investasi, Chairul memiliki idealisme bahwa perusahaan lokal pun bisa menjadi perusahaan yang bisa bersinergi dengan perusahaan-perusahaan multinasional. Ia tidak menutup diri untuk bekerja sama dengan perusahaan multinasional dari luar negeri. Baginya, ini bukan upaya menjual negara. Akan tetapi, ini merupakan upaya perusahaan nasional Indonesia bisa berdiri sendiri, dan jadi tuan rumah di negeri sendiri.
Menurut Chairul, modal memang penting dalam membangun dan mengembangkan bisnis. Baginya, kemauan dan kerja keras harus dimiliki seseorang yang ingin sukses berbisnis. Namun mendapatkan mitra kerja yang handal adalah segalanya. Baginya, membangun kepercayaan sama halnya dengan membangun integritas. Di sinilah pentingnya berjejaring (networking) dalam menjalankan bisnis. Dalam bisnis, Chairul menyatakan bahwa generasi muda bisnis sudah seharusnya sabar, dan mau menapaki tangga usaha satu persatu. Menurutnya, membangun sebuah bisnis tidak seperti membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan sebuah kesabaran, dan tak pernah menyerah. Jangan sampai banyak yang mengambil jalan instant, karena dalam dunia usaha kesabaran adalah salah satu kunci utama dalam mencuri hati pasar. Membangun integritas adalah penting bagi Chairul adalah manusiawi ketika berusaha, sesorang ingin segera mendapatkan hasilnya. Tidak semua hasil bisa diterima secara langsung.


Kelebihan :
Buku ini menggunakan bahasa penuturan yang  cukup menarik untuk di baca karena sederhana dan mudah dicerna untuk berbagai kalangan. Dari setiap kalimat yang ada saya membaca bahwa melalui buku ini Chairul Tanjung ingin mengajak setiap orang yang membaca bukunya untuk kurang lebih mengikuti jejaknya sebagai pengusaha karena setidaknya ada tujuan yang jelas ingin ia sampaikan terkait dengan jiwa wirausaha di Indonesia yang sedang berkembang pesat ini.
Pada buku ini tampaknya beliau juga ingin berbagi salah satu filosofi/ideologi yang menjadi kebanggannya yaitu "MENJADI PENGUSAHA BUKAN KARENA BAKAT ATAU KETURUNAN TETAPI KARENA KEMAUAN DAN KEMAMPUAN YANG TERUS DILATIH" . Hal lain yang menjadi keunggulan dalam buku ini adalah bagaimana ia secara tidak langsung mengajarkan bagaimana cara berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang-orang yang berpengaruh terhadap kehidupannya serta bagaimana kerasnya perjuangan beliau untuk mencapai posisi yang sekarang sudah diraihnya dengan awal kehidupan dari nol hingga akhirnya menjadi seorang yang sukses dibidangnya.


Kelemahan :
Meskipun tampak sempurna, namun buku ini mempunyai beberapa kekurangan tentang terlalu tebal dan  cetakannya pun hanya menggunakan kertas buram dan gambar-gambar yang disajikan tidak terlihat jelas akibat percetakannya yang kurang baik. Agar pembaca bisa lebih menarik untuk membaca bukunya seharusnya kualitas cetakannya baik, kertas yang baik pula, sehingga gambar-gambar yang ditampilkan akan semakin menambah daya tarik pembaca.


Kesimpulan :
Menurut saya, ini memberikan banyak insprirasi. Jarang ada orang yang mau berusaha keras seperti beliau. Kegagalan bukan berarti menyerah. Kegagalan berarti keberhasilan yang tertunda. Hidup tanpa kegagalan tidak akan bisa mendewasakan manusia.  Jika kamu gagal melakukan sesuatu, hanya satu hal yang harus kamu lakukan TRY AGAIN. Dan kalau kita tidak melakukan sesuatu dengan sabar dan tulus, maka tak akan menghasilkan apa-apa.
Ilmu pengetahuan adalah Senjata yang sangat ampuh. Tak akan ada yang bisa menandinginya kecuali kekuasa’an Yang Maha Kuasa.




0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates